Tahun 2018 belum juga kelar, tapi soal best moment di tahun
ini sepertinya sudah jelas. Yups, namanya juga best moment, pasti momen
tersebut terbaik, menyenangkan, terngiang-ngiang dan tak lekang oleh waktu...
(ciee... kerispatih...).
Apalagi kalau momennya berkaitan dengan Asian Games 2018.
Ehem, ini mah bukan cuma best moment bagi saya dan keluarga, tapi sebenarnya
best moment bagi bangsa Indonesia dan Asia (jeng.. jeng...).
Jadi begini ceritanya. Gara-gara Asian Games kemarin, dua
anak saya, Alden (8 tahun) dan Diza (3 tahun), seolah nggak mikirin lagi
acara-acara macam Tayo, Tobot, Rainbow Ruby hingga Upin-Ipin. Kalau pas saya
pulang ke rumah dan ganti channel tivi ke pertandingan Asian Games, mereka
nggak protes dan malah ikut menikmati.
Mereka jadi demam Asian Games, suatu jenis demam yang tidak
perlu saya khawatirkan sebagai orang tua. Bahkan kerap kali si sulung minta
diajak nonton pertandingan.
“Yah, ayo nonton Asian Games... hari Sabtu besok yah, kan
libur...” ujarnya.
“Emm... (mikir sejenak).... ayooo... yo ayo... yo ayoyo yo
ayooo...”
“Malah nyanyi...” dan anak-anak pun pada protes.
----
Hampir sebulan Asian Games 2018 berlangsung, saya hanya bisa
ngeles kalau ditagih nonton langsung Asian Games 2018. Kebetulan, selalu saja
ada acara-acara yang silih berganti tak bisa ditinggalkan macam kerja bakti,
acara di sekolah, eyangnya anak-anak datang dan kerja bakti (lagi).
Duh, ayah macam apa saya ini?
Belum tentu ada Asian Games lagi di Indonesia, belum tentu
ada acara olah raga heboh macam begini lagi di Indonesia. Saya pun mikir,
merenung, mikir lagi, merenung lagi. Setelah itu ngecek tiket online dan
kembali lagi menghela nafas panjang...
“Ya ampun, tiket kok mahal begini yak? Yang murah-murah (baca:
agak terjangkau) adanya hari kerja... duuh...” saya mulai terjangkit penyakit
ngomong sendiri.
“Yah, katanya ada pertandingan bola di Pakansari, aku mau
nonton Yah... ayooo...” ini rengekan kesekian kalinya si anak cowok.
“Sebentar ya, Ayah cari tiketnya dulu nih, udah pada habis,
cepet banget...” dan saya pun mencoba beralasan.
“Udah sono, Ayah aja sama Alden nonton berdua ke Pakansari,”
kali ini istri saya ikut berkomentar.
Stadion Pakansari Cibinong memang lumayan dekat dengan rumah
kami. Tinggal kepeleset juga nyampai. Tapi pertimbangan kenapa saya mikir
seribu kali untuk nonton di Pakansari adalah selain tiketnya mihil, juga Timnas
Indonesia yang main di Bekasi pada babak penyisihan juga sudah keok. Jadi
pertandingan semi final hingga final yang digelar di Pakansari dipastikan tidak
ada Timnas Indonesia.
“Emm, Bunda, jadi gini, tiketnya kan ada yang 500 ribu nih,
pertandingan Korea lawan Jepang di Pakansari, boleh nggak kami nonton?”
akhirnya saya pun mencoba mengajukan proposal ke manajer rumah tangga.
“What?! 500 kali dua udah sejuta itu?! Mending buat apa kek
yang berfaedah, buat piknik kek sekeluarga, buat Bunda nonton Suju kek...
aduuh... lagian nonton di tivi kan lebih jelas?!” kira-kira begitulah tanggapan
istri saya.
Ya sudah nak, lupakan Asian Games, yang penting sudah
berhasil membeli boneka maskot Atung.
---
Tanggal 2 September 2018 adalah tanggal penutupan Asian
Games 2018. Ternyata dua hari sebelumnya istri saya sudah “booking tempat”
untuk menonton acara penutupan karena bakal ada Suju dan Ikon, itu lho boy band asal Korea. Istri saya sudah nge-booking sofa untuk nonton di depan tivi.
Akhir pekan pun tiba, Sabtu pagi tanggal 1 September 2018,
tiba-tiba saya punya pencerahan. Hmm, kenapa tidak mengajak anak-anak dan istri
ke Senayan? Meskipun nggak nonton pertandingan, tapi katanya di area GBK
Senayan seru tuh ada Asian Fest.
“Bayar nggak?” tanya istri saya.
“Bayar lah, sepuluh ribu aja...” jawab saya.
“Oh, oke, oke... siangan deh, beres-beres dulu...”
Akhirnya, hampir nggak jadi karena kelewat serius beberes
rumah, kami pun berangkat berempat sekitar jam 11. Naik KRL dari Stasiun
Bojonggede, jelas ini perjalanan yang amat disukai Alden.
Sampai di Stasiun Sudirman, wajah-wajah kami sudah terlihat
kelaparan. Duh, salah pilih waktu nih, kenapa tadi nggak makan dulu di rumah
ya?
Akhirnya saya pun nyegat taksi untuk ke Senayan, padahal si
Alden maunya naik transjakarta. Yak, menurut dia sambil belajar alat-alat
transportasi. Hmm....
“Ayah! Bunda! Lihat! Wow! Gedungnya tinggi-tinggi banget
yak?!” seru si Disa sambil nunjuk ke gedung-gedung perkantoran di sepanjang
Jalan Sudirman.
Ealah nak, pak sopir taksi jadi melirik ke belakang deh.
Kasihan banget sih, tinggal di daerah yang hanya butuh merem sekali di
perjalanan dari Jakarta, kok lihat gedung pencakar langit heboh banget ya? Sepertinya saya memang kurang ngajak jalan-jalan nih. Hmm, saya pun tertunduk...
Sampai di lokasi. Wuiihhh... antrenya ya ampuunnn....
puanjang banget. Itu antrean masuk ke arena Asian Fest kalau dalam bahasa
jurnalistiknya disebut “mengular”.
“Gimana nih? Nyerah? Pulang aja yuk?” tanya saya ke istri.
“Yaelah, udah sampai sini juga, kapan lagi ada acara begini?
Lagian antreannya tertib gini kok, paling juga nggak lama...” jawab istri saya
yang juga mantan pacar saya itu.
Pas udah di dalam arena, acaranya ramai banget. Pengunjung
benar-benar merasakan atmoster Asian Games 2018. Ada panggung hiburan, toko merchandise, food
truck, spot-spot selfie, hingga stand-stand sponsor.
Tapi ya itu, mau beli apapun antre. Mau beli makan antre.
Beli minum antre. Bahkan mau foto-foto juga antre.
“Ayah! Lihat itu Atung... Sama yak kayak boneka di rumah?”
seru Disa.
Hari itu, mungkin menjadi hari yang tak terlupakan bagi kami
sekeluarga. Tidak ada pertandingan Asian Games yang kami tonton, tapi atmosfer,
suasana dan keramaian yang khas membuat kami senang. Bahagia ternyata sederhana, cukup beli tiket 10 ribu rupiah per orang dan kami pun menikmati momen terbaik yang tak terlupakan.
Sesaat saya jadi teringat pernah membaca sebuah artikel tentang seorang atlet yang kini kerap juara. Sewaktu kecil ia pernah dibawa ayahnya datang ke sebuah pembukaan acara olah raga dan sejak itu ia bertekad kelak menjadi juara. Kisah yang menginspirasi tentunya, di tengah keramaian saya pun berandai-andai jika anak-anak saya kelak akan menjadi bagian penting dalam sebuah perhelatan yang membanggakan bangsa.
Bisa jadi, inilah pertama kali anak-anak kami melihat
pementasan musik di panggung yang begitu besar dengan sound system yang
menggelegar dan berada di suasana festival yang luar biasa. Disa pun sampai terkagum-kagum dengan para penampil di panggung.
Sepertinya dalam angannya timbul cita-cita jadi penyanyi seperti halnya yang
selama ini dia tunjukkan di rumah.
Sedangkan kakaknya, entah kenapa serius sekali memperhatikan seorang barista meracik kopi di sebuah kedai kopi yang terletak di antara deretan stand makanan. Ia memperhatikan dari awal hingga akhir hingga kopi sampai ke tangan pembeli, seolah tanpa berkedip.
Hmm, apapun itu, semoga pengalaman ini bisa kalian petik jadi semangat berkarya kalian kelak, nak.
Benar-benar nggak nyesel kami datang ke festival yang keren
banget. Sudah tentu pula banyak foto-foto yang diabadikan selama kami berada di
Asian Fest.
Meski awalnya malu-malu, anak-anak kemudian antusias banget
bisa foto-foto di area yang “Asian Games” banget, misalnya foto di depan gambar
maskot.
“Cepetan Yah, hmm... kenapa sih?” inilah sebuah momen saat
bersiap ambil foto.
“Bentar ini, sabarr...”
“Duh, makanya ganti henpon baruuu...”
Haha, gara-gara banyak orang ngelihatin, mau ngambil foto
anak dan istri kok jadi grogi. Gara-gara grogi, eh istri punya momen untuk
manas-manasin saya untuk ganti smartphone. Benar juga sih, smartphone masa kini
seharusnya punya desain yang keren sehingga kalau pas foto-foto di tempat umum
nggak bikin grogi deh.
---
Nah, sejujurnya saya sudah punya kandidat terbaik untuk
smartphone impian di tahun 2018 ini, yaitu Huawei Nova 3i. Kenapa? Yoi, smartphone
masa kini apa lagi yang jadi pertimbangan selain kehandalan kameranya.
Huawei Nova 3i memiliki kamera yang diperkuat AI. Lah, AI
apaan ya? Itu lho kecerdasan buatan, macam robot cerdas dalam film-film barat.
Keren banget pasti karena smartphone ini punya empat kamera AI 24 MP + 2 MP di
bagian depan dan 16 MP + 2 MP di belakang. Jadi yang kurang pinter motret
bakalan jadi jago karena ditolong sama teknlogi AI. Duh, AI love you deh ah...
Fix, bisa update Instagram tiap hari kalau punya smartphone
dengan kamera begini.
Kamera bagus, jatah memory juga harus besar dong. So, jangan
khawatir karena Huawei Nova 3i punya storage 128 GB paling besar di kelas
smartphone mid-end saat ini. Hmm, ini mah nggak bakalan bikin bete pas
foto-foto eh malah low memory. Aduuh... malu dong.
Diperkuat dengan GPU Turbo untuk kemampuan gaming, kalau pas
bosan baca-baca berita yang tidak berfaedah tentu lebih enak kalau main mobile
game. Nggak bakalan malu lagi main game di kereta atau pas nunggu di stasiun,
dilihatin orang juga game kita bakalan lancar jaya. Asyiiikkk...
Nah, itu dia momen terbaikku, so mana nih momen terbaik
kamu?
---
2 Komentar
waduh, AG 2018 kmrn saya gak sampe masuk mas, cuma kesampaian nonton air mancur di lap Banteng aja hahahaha
BalasNggak pa2 Bang, yang penting sehat dan jangan lupa bahagia...hehe... Makasih sudah mampir
Balas